Rabu, 02 Mei 2012

LONA

          Siang itu cuaca panas semakin serasa meninggi di kepala. Rasa lelah membuat Lona sedikit ingin beristirahat sejenak dari aktifitas yang ada. Namun keinginan itu harus Lona tunda saat melihat setumpuk pekerjaan menunggu di depan mata..
“Lona, coba kamu check ulang tulisan tadi sepertinya ada sedikit kesalahan" perintah seorang bapak kepala bagian pada Lona yang terlihat sibuk di meja kerjanya
”Baik pak.. !!” kemudian Lona pun bergegas melakukan apa yang di perintahkan bapak itu.
Lona adalah gadis berusia 19 tahun, kini dia sudah bekerja disebuah kantor penerbitan dari semenjak SMA. Dia gadis yang sangat polos namun seorang pekerja keras. Setelah selesai, Lona pun kembali ke meja kerjanya. Namun tiba-tiba saat itu seseorang menghampiri Lona.
“Na, gimana nich soal kemarin,  mau gak jadi pacarku? Kenapa kemaren gak di jawab sich? malah pergi gitu aza..“
Lona hanya terdiam.
“Apa karena Satya?” Ucap Dika yang terus menerus bertanya saat itu“ Berarti bener dong tebakanku ..? Sudahlah....dia kan cuman masa lalu, gak musti difikirin terus, belum tentu dia mikirin kamu loch?”
Lona kemudian menarik nafasnya dalam dan kemudian berkata“ Tapi gak musti juga kan kalo aku gak sama Satya, trus  nerima kak Dika? Gak gitu juga kan kak?“ Lona tampak terus menyibukkan dirinya.
“Oke dech bisa di mengerti, yaudah gini aja gimana kalo sebelum ultah kamu yang tinggal sebulan lagi itu kamu dapetin atau deket sama cowok, gak apa-apa dech aku mundur “
Lona mulai kesal  “Ya ampun nich orang maunya apaan sich? Seenaknya ngatur-ngatur. Kaya taruhan donk kalo kayak gitu?” bisik hati Lona
“ Gataulah kak ” ucap Lona pada Dika, seniornya itu
Siang itu pun berlalu, Lona pun kini mencoba merebahkan tubuhnya di kasur dikostannya.
“Na, tuch di cariin mbak Riana di depan..” ucap mbak Lili teman sekamarnya yang tiba-tiba masuk kedalam.
“Owh iya mbak..” Lona pun bergegas menuju ke depan kontrakan. Terlihat mbak Riana saat itu sedang duduk di sebuah kursi.
“Ko udah pulang mbak?”
“Iya na, tadi mba sedikit gak enak badan, jadi minta izin pulang aja..”
Kemudian mereka pun mengobrol,  Mbak Riana sudah dianggap seperti kakak bagi Lona, umurnya sekitar 7 tahun diatas Lona, orangnya sangat bijak dan sangat baik. Disela - sela waktu itu, terlihat mas Tino anak pemilik kostan itu pun datang.
“Eh ada si Lona .” sapa mas Tino
Lona hanya tersenyum simpul melihat mas Tino yang datang bersama seorang teman nya
“Tunggu bentar ya tra?” ucap mas Tino pada temanya itu
Temannya hanya mengangguk, dan berdiri di pojokan teras rumah kost-kostan itu
Lona terlihat memperhatikan orang yang datang bersama mas Tino itu “ Dia siapa ya? baru liat dech..” Lona bergumam dalam hati ” Wajahnya mirip Satya” lanjutnya.
Kemudian….
“Silahkan duduk mas?” tawar Lona sambil menyilahkan sebuah kursi kosong yang ada di sampingnya. Anak itu hanya tersenyum, kemudian Lona pun melanjutkan obrolannya dengan mbak Riana.
Setelah beberapa menit kemudian anak itu pun pamit pulang. Terbesit dalam benak Lona saat itu.
“Manis juga tuch orang, seperti satya ” bisik hati Lona seakan menemukan sesuatu hal
“Kenapa na?” tanya mbak Riana yang terlihat memperhatikan
“Aahh gak kenapa-kenapa kok mbak..” Lona pun tersenyum  “bentar ya mbak, aku masuk dulu sebentar “kemudian Lona masuk kedalam kamar, bermaksud menemui mbak Lili untuk menanyakan hal itu..
selang beberapa menit sampai di kamar mba lili saat itu.
terlihat mbak lili sedang terduduk sambil membaca sebuah buku yang cukup tebal.
“Mbak, mau tanya boleh gak?”
“Tanya apa na? boleh kok ” jawab mbak lili yang tidak lain pacarnya mas tino itu.
“Kalo boleh tau, yang temennya mas Tino itu siapa ya mbak? Kayaknya baru liat dech?”
“Yang mana ya na? yang sering kemari bukan” tebak mbak Lili
"Orangnya manis sich mba, lumayan cakep gitu“ jelas lona
"Hayoohh.. ada apa nich, nanyain orang ko serius gitu wajahnya.." ucap mbak lili yang terlihat memperhatikan raut serius di wajah lona. hmm... jadi curiga nich..” 
“Ichh,, gini mba, aku cuman pengen tau aja kok…”
“Owh iya dech, namanya Putra . kenapa nanyain? Tumben? Biasanya kan cuek sama cowok?”
“Owh Putra ya mbak? “    
Mbak Lili pun mengangguk mengiyakan.
setelah itu lona pun kembali ke tempat mbak Riana berada.
Namun tak disangka ucapan Lona pada mbak Lili menimbulkan pengertian lain dari semua teman-teman kostannya dan teman kerja yang mendengar hal itu dari mbak Lili yang juga bekerja di tempat yang sama dengan lona.


“Na, ada salam dari Putra..!!’ ucap mbak Lili siang itu sepulang bekerja.
“Haah? Apaan sich mbak?” tiba-tiba Lona dibuat kaget oleh perkataan mbak Lili
“Iya, tadi mbak udah nyampein sama mas Tino, kalo ada salam buat  Putra dari Lona, putra itu satu tempat kerjaan sama kita na, cuman dia beda bagian aja. 
“Mbak, siapa yang nitip salam? Nanti kalo kayak gini aku kan malu kalo ntar  ketemu anak itu..” saat itu hati Lona berubah kesal, rasanya dia ingin sekali marah namun diurungkan niatnya itu, Lona coba tersenyum menyikapi hal itu.
 “Gak apa-apa donk na, mbak jamin mas Tino gak bakalan nyampein sama yang lain kok..”
Semenjak saat itu Lona berusaha menghindari tempat yang memungkinkan untuk bertemu dengan Putra, karena mungkin kabar soal itu sudah sampai di telinganya. “Duch pasti malu banget nanti “ bisik hati Lona
“Na, kesini sebentar.. “ tiba-tiba mas Tino memanggil Lona yang saat itu sedang menuju pintu keluar kantor.
“Iya, ada apa mas?”
Belum sempat mas Tino menjawab,  dengan tak banyak bicara tiba-tiba Rudi salah satu dari mereka menarik tangan Lona, membawanya ke tempat saat itu Putra dan yang lainnya berkumpul..
“Kalian belum kenalan kan? Ayo kenalan dulu lah ..” ucap Rudi pada Lona
Saat itu Lona sedikit kaget dengan tingkah sahabatnya itu. Tak ada pilihan, Lona pun akhirnya mengulurkan tangannya dan begitu juga dengan Putra. Tak lama kemudian Lona pun bergegas pergi dari tempat itu. Rasanya saat itu rasa malu menggunung di hati Lona..
“Adduhh.. mereka apa-apan sich, aku kan jadi malu, dikira cewek apaan aku nanti ..” ucap Lona dengan bercampur kesal " Pasti Putra mikir yang aneh-aneh sama aku nanti. Arrgggghh…”
Setelah kejadian tadi sepertinya terus mengganggu fikiran Lona, awalnya dia berusaha tak peduli  toch apa yang mereka fikirkan tak seperti kenyataanya, namun akhirnya Lona pun tak bisa membiarkan sikap teman-temannya yang terus saja menganggap hal itu serius dari ke hari.

“Lona. Ada salam dari Putra, katanya dia ngajakin ke Puncak liburan nanti ..mau gak? Ntar aku sampein kalo kamu mau ?” ucap seorang laki-laki yang kira-kira umurnya diatas Lona yang tiba-tiba datang saat Lona bekerja.
“Beneran kayak gitu kak rendi?” Lona mulai merasa aneh
“Beneran.. masa kamu gak percaya sama kakak sich?”
Fikiran Lona kini tambah bingung” lelucon apa lagi sekarang? Sungguh bodoh,  masalah kecil saja bisa nyampe ke semua orang kayak gini, asshh …” batin Lona geram.
Setelah kejadian tempo hari, ternyata banyak sekali yang berusaha memanfaatkan keadaan dan kepolosan Lona. Semua terasa bodoh di benak Lona, tapi Lona juga belum mengerti apakah semua itu benar atau tidak.
“Aku musti minta maaf sama Putra, tapi gimana caranya ya?” Fikiran Lona terus melayang kesana, sembari melangkahkan kaki dia terus berfikir dan akhirnya ..” Teman satu bagiannya siapa ya? hmm.. mas Tino? aaahhh gak mungkin sama dia nanyainnya” Lona pun memperhatikan ke sekelilingnya, hingga matanya terhenti di satu titik. " Oiya Cahyono, cuman cahyono yang satu bagian yang bisa kutanyai tentang sesuatu itu, pasti kabar ini juga sudah sampai ditelinganya. Pasti dia bisa nyampein permintaan maaf ku sama Putra..” Lona pun bergegas menuju ke bagian kerja Cahyono.
“Hmm.. mau kemana na? “ tanya Cahyono yang terlihat sedang sibuk.
“Aku mau nanyain sesuatu sama kamu no..”
“Nanyain apa? Pasti Putra ya?” Cahyono sedikit menyindir
“Szzz .. jangan ngeledekin dech.. iya, mau nanya soal dia?”
" Cie.. cie.., ternyata beneran tuch kabar...?"
"Apaan sich? udah dech jangan ikut-ikutan nyebelin .." Lona terlihat kesal
“Enggak ada apa-apa ko“ lanjutnya, kemudian Lona pun cepat - cepat berusaha mengklarifikasi ”aku cuman mau minta tolong sampein maaf aku sama dia no,  soalnya kemarin dia udah dibikin malu sama aku, dia udah di ledekin sama teman-temannya gara-gara aku ..” Lona pun menjelaskan
“Sms aja dia langsung, aku punya nomornya kok ..”
“Aahh .. gengsilah sms duluan, malu aku …”
“Gak apa-apa minta maaf aja langsung, dia orangnya asik kok, beneran mau gak nich nomor handphone nya?” Lona terdiam sesaat, dan mencoba berfikir sejenak 
“Beneran nich gak apa-apa? yaudah dech aku minta nomor handphone nya dech “ Di dapatinya nomor handphone Putra, kemudian Lona pun bergegas pergi ke tempat kerjanya.

Sebenarnya sempat diurungkan niat Lona untuk tidak menghubungi Putra, tapi akhirnya....
“Assalamu’alaikum.. maaf ini Putra ya?” sebuah pesan singkat pun terkirim
Beberapa detik kemudian di dapati balasannya “ Waalaikumsalam, iya.. ini siapa ya?”
“Ini Lona, tau kan? maaf ganggu nich? aku cuman mau minta maaf soal kemaren, pasti kamu malu banget ya? gara-gara tingkah teman-teman kemarin?”
“Owhh Lona.. soal itu, gak apa-apa ko santei saja ..” satu balasan lagi didapatkan.
“Gitu ya, maaf banget, aku gak ada niat kayak gitu kok" sms pun terkirim lagi
"Santei aja na, aku gak terlalu masalah ko. cuek aja aku mah.." balasan sms dari Putra lagi
"Gitu ya, yaudah dech makasih ya?” Lona pun mencoba mengakhiri sms itu, tapii…eiitss tunggu dulu ternyata sms pun berlanjut dan topiknya kali ini serasa semakin tambah seru. Sampai-sampai Lona pun lupa dengan niat minta maafnya sebelumnya.
Akhirnya setelah beberapa lama saling mengirim sms, sedikit demi sedkit Lona bisa melupakan Satya yang disukainya semenjak 3 tahun lalu. Kini dia semakin akrab dengan Putra, mskipun baru sekedar sms rasanya sudah terasa menyenangkan. Sepertinya kini waktu digunakan Lona untuk sekedar smsan dengan Putra, entah apa yang saat itu di jadikan topic pembicaraan yang jelas sepertinya sudah membuatnya merasa lupa dengan niatnya semula.
“Sepertinya lumayan menyenangkan, sayang juga kalo di lewatkan, “ bisik hati Lona

Namun tiba-tiba rasa jenuh hinggap di hati Lona, kini rasa penasaran pada sosok Putra pun semakin bertambah apalagi setelah mendengar ucapan mbak Lili.
 “Putra itu banyak yang suka loch na, kalo kamu bisa dapetin dia, hebatlah ..”
“Gitu ya mbak? Keliatan sich mbak, apalagi Putra kan keren, pastilah yang suka sama dia banyak banget..”
Semenjak obrolannya dengan mbak Lili, Lona pun jadi semakin penasaran ingin semakin dekat dengan Putra. “ Apa sich specialnya anak itu, nyampe banyak banget yang ngomongin dia? Jadi penasaran ..” akhirnya Lona pun mengetik sms
“Heii, lagi ngapain? Oiya, kayaknya bosen juga ya ngobrol disms, kalo aku pengen ngobrol langsung bisa gak?” sms pun terkirim setelah nama Putra didapati di phonebook HP nya.
Beberapa saat memudian..
“Emang disms aja kenapa gitu? “ balasan pun Lona dapatkan
“Ya, gak kenapa2 sich, cuman kalo ngobrol langsung kayaknya lebih seru dech, bisa lebih akrab gitu ..”
“Yaudah mau ngobrol dimana?”
“ Kamu main ke tempat kerja aku aja, bisa gak?”
“Malu ahh .. kesana mah kan aku pada gak kenal, kamu aja yang kesini, biasanya juga kamu kan kesini main ke temen-temen kamu” ucap Putra di sms.
“Oke dech, ntar aku aja dech yang kesana“

Setelah itu pun Lona mencoba memberanikan diri mengunjungi bagian tempat kerja Putra. Entah kenapa kali itu dia sangat ragu. Kemudian Lona pun akhirnya bisa mengobrol dengan Putra, meskipun dengan tatapan- tatapan aneh yang jatuh pada dirinya saat itu dari orang2 disekitarnya, namun Lona berusaha bersikap tenang, dan menguasai situasi.

“Omigoos… Putra emang keren kalo diliat dari deket..” tiba-tiba sebuah pujian dalam hati Lona terlontar  untuk Putra “ Sikapnya cool,  gak banyak ngomong,  manis, dan bisa ngerti keadaan orang lain. Oops apa aku berlebihan? ” lanjut Lona yang terus bergumam dalam hati
Setelah beberapa menit berada disana, Lona pun kembali ke tempat kerjanya
“Jadi itu ya cowoknya? Keren juga, pasti kamu udah jadian ya sama cowok tadi..?” suara kak Dika terdengar sinis mendekat ke arah Lona saat itu.
“ Kak Dika, maksud kak Dika apa?” 
“Baiklah, berarti seperti janjiku sekarang aku mundur dan gak bakalan ganggu kamu lagi ..” ucap Dika sambil berlalu dari tempat itu.
Mata Lona kemudian sedikit terbelalak “ Benarkah? oohh yeess.. !! akhirnya.” Ucap Lona sumringah. Semenjak Dika menjauh, disaat yang bersamaan pula dia kini semakin akrab dengan Putra, dan tak sungkan untuk bercerita banyak hal. Meskipun kadang Lona hanya terdiam saat mengobrol, dia kadang merasa bingung apa yang harus dibicarakan. Tak ada kepentingan sepertinya namun dipaksakan untuk bicara. Ketika itu rasa bimbang hinggap dihatinya.
“Mbak,  aku tuch seneng ada di deket  dia, tapi aku juga belum tau apakah dia suka sama aku atau cuman anggap sebagai temen ..” ucap Lona pada mbak Lili
“Ya ampun Lona,  masa belum tau, pasti lah Putra suka sama kamu, lagian kalo mbak liat juga kayak gitu, dia suka malu kalo mbak tanyain soal kamu ..”
“Tapi mbak?” ucap Lona ragu
“Udah jangan kebanyakan mikir, dia itu orangnya pendiem, jadi kamu yang musti duluan. Gak apa-apa kok sah-sah aza ko na jaman sekarang mah?”
“Masa sich mbak?” ucapan mbak Lili membuat Lona yang terlihat polos itu bertambah bingung, kemudian dia pun mengambil HP nya yang dia letakkan di atas kasur.
“Heii.. lagi ngapain nich? Bisa ketemu sebentar gak? ada yang mau di tanyain” sms pun terkirim.
Beberapa detik sms balasan masuk ke Handphone Lona
“Bisa, ntar pulang kerja..ntar aku yang main ke kostan kamu aja ya..?”satu balasan sms dari Putra

Tak lama Putra pun datang ke kostan Lona, mereka mengobrol di teras..
“Kamu mau nanyain apa tadi?”
mendengar pertanyaan itu tiba-tiba seperti ada yang menyekat kerongkongan Lona.
“hmm... tapi kamu jangan tersinggung ya?"lona bertambah ragu. "Kalo boleh tau kamu itu punya orang yang disayang gak sich? Sepertinya kalo aku perhatiin enggak dech kayaknya..” Lona sedikit memelankan suaranya.
“Kata siapa? so tau kamu…,  punya kok, orang yang aku sayang juga menyayangi aku, tapi aku gak bisa miliki dia seutuhnya..”
“Siapa? kok bisa? Emangnya kenapa?” tiba-tiba ada rasa penasaran dirasakan Lona
“Kakak”jawab Putra singkat.
Putra pun segera pulang dan pembicaraan pun berlanjut di sms.
“Emangnya kenapa sama kakak kamu?” tiba-tiba rasa aneh muncul difikirannya.”Ko sama kakak kayak ke cewek ya? Aneh “ bisik hatinya yang terus berbicara
“Aah udahlah gak usah dibahaslah, aku males banget ngomongin yang kayak gitu….” Sepertinya putra tak terlalu menyukai pertanyaan itu
"Owh yaudah dech kapan-kapan lagi aja cerintanya kalo sekarang gak mau cerita mah .." Lona menghentikan pertanyaannya itu
"trus kalo kamu sendiri gimana?"
“Kalo aku sich punya orang disayang, tapi ku dengar dia sekarang di Jakarta, pengen sich nyari dia, cuman aku juga bingung…”
"Kenapa bingung ..?"
"Bingung aja, pengen nyari dia, tapii.. kamu mau gak bantuin aku?"
“Kenapa sama aku?”
"Yang lain mah gak ada yang bisa ngerti sich.."
“Tapi kenapa musti sama aku sich?”
“Soalnya cuman kamu yang tau soal ini..”
“Owh gitu... tapi maaf ya, aku gak bisa nganter kamu..” sms penolakan ajakan pun di terima Lona
“Owh yaudah gak apa-apa,  yaudah dech met malem aja, moga mimpiin orang yang Putra sayangi” tiba-tiba Lona menghentikan pembicaraan disms itu saat dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Malam itu pun semakin hening, namun beberapa detik kemudian terdengar nada telepon masuk
“Nomor siapa ini?” terlihat nomor asing memanggil dihandpone Lona
“Hallo ..?” telpon pun diangkatnya
“Kamu tadi ngomong apa sich? Met malem, moga kamu mimpiin orang yang kamu sayang, apa sich maksudnya? Terdengar suara putra disebrang telpon itu.
“Gak ada maksud apa-apa kok, Putra ini nomor siapa emang? kok baru lagi?”
“Ini nomor ayahku, udah ya kamu jangan mikir yang aneh-aneh ya..?”
"Maksudnya?" Lona sedikit heran.
"Yaudah jangan bahas yang yang tadi .."
“Iya dech ..” setelah itu pun telpon terputus, namun saat itu fikirannya terus melayang kesana “ Kenapa sama Putra ya? ko tadi nada suaranya kayak yang marah banget gitu?”

Bimbang terus saja merasuki fikiran Lona, namun setelah di tanyakan pada mbak Lili, menurutnya sikap Putra itu mungkin saja bukti kalo Putra suka sama Lona. Mendengar hal itu Lona diam-diam menyimpan rasa yang semula tak diinginkannya, kini dia mulai suka pada Putra, namun setelah beberapa hari kemudian, sikap Putra tiba-tiba berubah, dia kini mulai sulit ditemui. Lona pun mulai merasa panik, padahal sebelumnya tak terjadi apa-apa. Karena rasa penasaran yang semakin besar, Lona pun menyanyakan hal itu pada Rudi teman dekatnya Putra.
“Di, mau tanya, ko sekarang Putra sikapnya aneh ya?” akhirnya Lona pun menceritakan perubahan pada diri Putra kepada Rudi.
“Dia lagi ada masalah na ..” Jelas singkat Rudi
“Masalah apa? Ko dia gak cerita?”
“Masalah keluarga, gak tau jelas sich, cuman yang aku tau kayak gitu ..”
“Beneran? Pantesan…” rasa simpati pun mulai muncul dalam hati Lona
Semenjak itu pun Lona tampak memahami perubahan sikap Putra. Hingga suatu hari Lona pun mengirim sms yang ditujukan kepada Putra ..
“Kok sekarang kamu sikapnya beda banget? Kamu sekarang sombong banget ich..” ucap Lona yang merasa sudah akrab.
“Emangnya aku musti gimana? Emang siapa kamu? “
mendengar balasan sms itu, hati lona terasa terhenyak kaget.
“Biasanya kan gak gitu, lagi ada masalah atau kalo boleh tau kamu lagi deket lagi sama orang lain ya ?”
“Nich ya?  kalo iya gimana? Bebas kan aku mau deket sama siapa juga? Emang kamu siapa aku?” Mendengar perkataan disms itu, hati Lona seakan hancur tiba-tiba ..
“Ko jadi gini? biasanya juga kan gak gitu”

Semenjak saat itu  Lona merasa sudah sangat jauh dengan putra. Melihat Lona yang terus merasa kebingungan, dan terlihat sedih, akhirnya mas Tino pun merasa tak tega.
“Na, kamu sekarang gimana sama Putra? “
“Gak gimana-gimana kok, lagian aku sama dia kan gak ada hubungan apa-apa mas” jawab Lona yang sedang penuh kebingungan itu.
“Tau gak na, sebenernya yang aku denger sich dari Rudi, kemarin-kemarin si Putra balikan lagi sama mantannya yang dulu “
“Masa sich mas?” tiba-tiba hati Lona menyesak
“Iya, itu loch, ceweknya yang minta balikan lagi,  sebenernya sich lagi ada masalah, cuman aku juga kurang  tau gimana masalahnya, yang  jelas sich kayak gitu. Trus ada kabar sich dia mau nikah”
“Apa mas? mau nikah?” seketika suasana seakan berubah menjadi gelap. Badan Lona seakan tak mempunyai kekuatan meskipun hanya sekedar untuk menumpu bebannya. Air matanya kini tak bisa ditahan lagi, Lona pun bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Niatnya kali itu untuk pergi bekerja pun diurungkannya. Dia kini hanya diam dikamarnya, kemudian di tekannya nomor handphone Rudi saat itu.
“Hallo di . “Kamu bohong ya di ?,  kamu tau kan soal Putra yang sebenernya dia kenapa? Kenapa kamu gak cerita aja sich?”  terdengar isak tangis Lona diseberang telpon Rudi
“Jadi kamu sekarang udah tau, emang kamu tau dari siapa?” suara Rudi tampak gelagapan.
“Mas Tino…kenapa gak cerita aja di? kalo kamu cerita kan aku gak malu kayak gini jadinya? Puas ya kamu udah bikin aku malu banget” Lona terdengar sedikit menahan marahnya.
“Bukan maksud aku kayak gitu na, tapi aku gak tega nyeritainnya sama kamu ..”
“Nich ya, jujur emang menyakitkan di, tapi kalo bohong dan kalo tau dari orang kayak gini, kan lebih menyakitkan, aku kecewa sama kamu di ..”
“Maafin aku ya na aku gak maksud kayak gitu kok..?” Rudi tedengar menyesal
“Yaudahlah….”  telpon pun Terputus dan…
“Tok tok tok .. “ suara pintu terdengar, kemudian dibukanya pintu itu
“Mbak ..??” mbak Riana yang terlihat masuk saat itu
“Kenapa nana? bolos kerja ya?” suara mbak Riana terdengar teduh seperti biasanya.
Lona pun mengangguk, kemudian Lona menceritakan semua yang sedang dialaminya
mbak Riana tampak menarik nafas sejenak dan menatap Lona dalam.
“Na, cinta itu sulit sekali di mengerti, dan mungkin sekarang kamu lagi ngerasain hal itu, meskipun awalnya kamu cuman iseng saja atau apapun alasannya, tapi yang jelas itu yang sekarang ini yang sedang kamu rasakan, namun cinta itu tak harus memiliki kok, mungkin ada cinta lain yang akan kamu dapatkan suatu hari nanti, cinta yang lebih baik tentunya. Sudahlah...sayang banget kalo kamu nangis buat orang yang mungkin memikirkanmu sedikit saja mungkin tidak, percayalah… disana, di suatu tempat dan waktu yang tepat nanti, cinta pasti akan berpihak sama kamu ..” mbak Riana coba menenangkan suasana hati Lona yang terlihat biambang itu.
“Bener mbak?” Lona yang tampak memperhatikan itu mulai mengusap air matanya
Mbak Riana mengangguk pelan “ Pesan mbak, kalo mau mencintai, kenali dulu apakah cinta itu layak untuk dicintai atau tidak. Trus jangan terlalu mudah mendengar omongan orang lain, belum tentu itu hal baik, gunakan akal sehat buat mempertimbangkannya, mbak yakin kamu anak yang pintar kok “
“Aku malu mbak, kayak cewek apaan ya aku ini? Tapi aku juga gak bisa bohong mbak, kalo aku…..”ucap Lona ragu ”Aku baru menyadari kalo aku suka sama dia mbak..”lanjutnya…
“Iya, mbak juga ngerti kok, tapi sudahlah… jadikan ini pelajaran yang sangat berharga saja, ingat perjalanan kamu itu masih panjang ..”mbak Riana tersenyum manatap Lona yang sudah dianggap sebagai adiknya itu.
Di peluknya erat sosok perempuan yang ada di hadapanya itu. kemudian Mbak Riana mengusap rambut Lona dengan lembut. Tangis Lona kini tertumpah dengan beribu sesal dihatinya.

3 komentar:

  1. semangat menulis kawan... salut untk semangat berkaryanya..

    Berkunjung dan mengundang rekan blogger
    Kumpul di Lounge Event Tempat Makan Favorit

    Salam Bahagia
    Suskses ya

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus