Detik-detik kelulusan sekolah tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi semua siswa, apalagi bagi siswa menengah pertama yang akan melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Namun kali ini tidak dengan Chika, seorang gadis berparas manis itu harus menelan ludah saat tau kini dia tak bisa melanjutkan sekolah. Semua terasa berat karena kondisi yang tidak mendukung, karena kondisi ayahnya lah dia harus menerima semuanya. Ayahnya yang difonis oleh dokter mengalami kelainan jantung itu tak mampu lagi bekerja sehingga itulah sebab beliau keluarkan dari pekerjaannya sebagai satpam di sebuah rumah elite dua bulan lalu. Tak sedikit orang yang bertanya tentang alasan Chika tak melanjutkan sekolahnya lagi namun dia pun hanya bisa menjawab..”Mungkin lain kali aku bisa bersekolah lagi..” itu jawabannya pada guru-guru dan teman2nya. Memang sangat di sayangkan karena Chika tergolong siswi yang pintar dan sangat berbakat.
“Ka, beneran nich kamu gak mau ngelanjutin sekolah lagi?” tanya Titi teman sekelas sekaligus sahabatnya
“Kalo aku mampu, aku pengen banget ti, tapi ayahku kini udah gak bisa ngebiayaain lagi, hasil jualan ibuku di pakai buat pengobatan bapak, kasian banget ya gua?” Chika terlihat menenggelamkan wajahnya.
“Yang sabar ya ka, pasti kalo gak tahun sekarang, kamu bisa sekolah tahun depan ..”
“Mudah-mudahan aja Ti..”
“Maafin aku ya, aku gak bisa bantu banyak .”
“Gak apa-apa, kamu selama ini udah banyak bantuin aku kok ..”
Pembicaraan kedua sahabat itu pun berhenti saat seorang murid menghampiri mereka.
“Kamu di panggil pak Andi ka ..” ucap seorang anak laki-laki yang juga teman sekelasnya
“Owh iya di, ntar aku kesana ..”
Setelah itu, Chika pun pergi menuju ruang Guru untuk menemui Pak Andi wali kelasnya.
“Maaf pak, bapak manggil saya?” ucap Chika setibanya diruangan itu.
“Iya, bapak cuman mau nanya.. katanya kamu gak bakalan ngelanjutin sekolah ke SMA?”
Chika pun menggangguk mengiyakan. “Aku pengen nyari kerja aja pak..”
“Waah sayang sekali ya, padahal prestasi kamu sangat bagus di sekolah..”
Chika berusaha tersenyum. Setelah itu pembicaraan mereka pun berakhir..
“Iya pak trimakasih ..” dengan perasaan yang sedikit mengambang, Chika pun meninggalkan tempat itu.
Kini perpisahan kelas pun sudah terlewati. Rasa bingung kini hinggap di hati. Sore itu Chika hanya terduduk di depan rumahnya yang terlihat tua itu. Dia hanya termenung mengingat semua yang harus dia tanggalkan.
“Kok dari tadi gue liatin lo bengong aja? Awas loch ntar kesambet tau ..” ucap Kemal teman sekelasnya yang tiba-tiba muncul dihadapannya “Gimana? Lo jadi lanjutin sekolah gak?” lanjutnya.
Chika hanya menggeleng ..”Gue mau nyari kerja aja, tapi gue masih bingung mau kerja dimana..” chika terlihat bimbang “Oiya seingatku paman kamu punya agen Koran kan? Aku boleh gak ngelamar jadi tukang Koran?”
“Hah? Mau kerja jadi tukang Koran? “Kemal terliat terkejut “Aah mana mungkin gue tega ngebiarin lo kerja kayak gituan.”
“Pasti lo bilang gitu dech, gak apa-apa lah Mal.. gue kan cuman lulusan SMP, please bantuin aku ya?”
Karena tidak bisa menolak permintaan sahabatnya itu akhinya Kemal pun mengiyakan “Baiklah gimana lo aja..”
Chika terlihat sumringah ..” Duch..lo emang temen gue yang baeekk bangett ..”
Mereka kemudian berangkat ke tempat Pamannya Kemal itu. sesampainya disana ternyata Chika di perbolehkan untuk berjualan Koran mulai besok, meskipun dalam hatinya terasa berat, tapi dia berusaha tegar.
Hari pertama chika menjajakan Koran di lampu merah, dia terlihat bersemangat sekali..
“Koran… pak… koran..!! ” Chika menghapiri setiap mobil yang berhenti disana ..
“Korannya satu de ?” ucap seorang bapak yang terlihat membukakan jendela mobilnya.
“Baik pak..” dengan semangat dia melangkah. Sebuah Koran pun diberikan ke dalam mobil tersebut, kemudian bapak itu pun memberikan selembar uang 5 ribuan pada Chika.
“Kembaliannya buat kamu aja .”ucap bapak itu
“Makasih pak ?”
Namun sesaat semangat Chika terhenti saat seseorang di samping bapak itu berucap sesuatu kepadanya.
“Iichh kamu itu siswa di sekolahku kan? Ko jualan Koran? brarti aku sekolah disana gak jauh beda sama tukang Koran dong? ichh papah, aku pengen pindah sekolah ah “ucap gadis di sampingnya dengan manja.
“Masa sich? “ saut ayahnya
Perasaan malu bercampur sedih meliputi hati Chika saat itu, dia pun segera menghidar dari tempat dia berdiri. Kini dia merasakan kalo dia dia sangatlah miskin, karena sewaktu bersekolah di SMP nya yang tergolong elite. Chika sadar kalo waktu itu sebagian biayanya dia dapatkan dari beasiswa. Sambil terduduk di pinggir halte yang tak jauh dari temapat tadi, Chika hanya bisa menangis tersedu…
“Lo nangis bukan karena ucapan anak manja tadi kan?” tanya Kemal yang tampak memperhatikan “Chika, hidup itu bukan untuk di tangisi, tapi buat dihadapi, masih banyak hal yang akan terjadi nanti, dan kita kalo ingin memenangkannya harus jadi orang yang kuat, gue banyak belajar tentang hidup dari lo, masa kayak gitu dong lo nangis sich?” tambahnya sambil duduk disamping Chika
“Gue cuman malu Mal, malu banget sama diri gue sendiri..” suaranya terdengar lirih
“Udah jangan di ambil hati, mending lo jualan Koran lagi biar lo dapet duit banyak, lo mau sekolah lagi kan?”
Chika kembali tersenyum, dia melanjutkan kembali ke jalan.
Malam itu Chika bermaksud menyimpan uangnya di celengan, namun terdengar pembicaraan serius di ruang tamu.
“Bapak mau minta maaf ya bu?” suaranya terdengar lirih ..” bapak gak bisa buat ibu dan Chika bahagia, bapak cuman ngerepotin kalian sajah..”
“Udahlah pak, jangan ngomong kayak gitu..kalo Chika denger ntar dia malah jadi tambah sedih..”
“Bapak ngerasa gagal aja bu, Chika nyampe musti berhenti dulu sekolah ..”
Ibunya terlihat termangu. Sedangkan dibalik dinding kamarnya, Chika menangis sebisanya, dia pun memegang erat bantal supaya orang tuanya gak mendengar suara tangisannya itu. sejak saat itu dia pun bertekad untuk mengumpulkan uang supaya bisa sekolah dan membiayai pengobatan ayahnya.
Tak terasa tangisannya membawa dia dalam lelap, hal itu baru disadarinya setelah pagi menyambut dan dia kini harus melanjutkan pekerjaannya kemarin..
“Kamu mau kemana ka?” tanya ibunya yang sedang siap2 pergi berjualan
“Chika udah dapat kerja bu.. nanti Chika ceritanya ya?” ucap Chika yang kemudian pergi
Kali ini Chika tidak berjualan Koran di pinggir jalan, dia sekarang mendapat tugas mengantarkan Koran di komplek perumahan yang ada di ujung jalan. Dengan semangat Chika mengantarkan Koran itu satu persatu hingga selesai namun saat akan mengantarkan Koran terakhir mata Chika seakan terhenti sesaat saat sebuah kolom dibagian depan Koran ..
“Beasiswa… “hatinya sedikit tak percaya..”Ya ampuuun…lagi ada beasiswa buat 2 orang siswa yang mampu mengirimkan cerita pendek paling unik..” dibacanya perlahan isi berita itu
Kemudian Chika pun mencatat alamat tempat mengirimkan lomba itu dan langsung melemparkan Koran itu ke halaman rumah mewah tersebut kemudian segera pergi…
Dengan semangatnya Chika kemudian mengambil hasil karya tulisnya yang ada di lemari, dia sudah sudah tak sabar ingin mendapatkan beasiswa itu dan berharap dapat bersekolah kembali.
“Yappss… ini dia, tulisan cerpenku bulan lalu, semoga mendatangkan keberhasilan “ Chika pun mengambil salah satu dari cerpen yang terlihat tertumpuk itu dan ia segera membungkusnya dengan amplop.
Akhirnya pengiriman pun sudah dilakukan, dengan harap-harap cemas dia harus menunggu satu minggu lagi untuk pengumuman. Sembari menunggu hasilnya nanti Chika mengerjakan pekerjaan mengantarkan Koran seperti biasanya.
Tak jauh beda dengan kemarin, Chika pun harus mengantarkan Koran ke rumah yang sama, dan ketika itu di depan rumah mewah yang sama dengan kemarin itu Chika berdiri. di pandangnya rumah itu jauh kedalam.
“Kapan aku punya rumah kayak gini ya? gede banget ..” bisik hati Chika
Dilemparnya Koran yang dia pegang ke teras rumah itu, segera dia berbalik untuk meninggalkan tempat tersebut namun sesuatu menghentikan langkahnya, matanya tertuju pada sebuah benda yang tergeletak di samping tempat sampah, di raihnya benda tersebut. Sontak saja hal itu membuatnya kaget, karena ternyata benda itu adalah sebuah dompet yang sangat tebal. Tebal dengan segala isinya ..
“Ya ampuun .. uangnya banyak sekali? Ada ATM, SIM dan … “ semua yang dilihatnya membuatnya bergetar. “Pasti pemiliknya ada di rumah ini ..” setelah itu Chika berniat menyerahkan dompet itu pada pemiliknya, tapi seketika niat itu diurungkan. Diambilnya sepedanya yang dari dibiarkan tergeletak. Diayuhnya dengan kecepatan lebih tinggi dari biasanya.
Sepanjang perjalanan bimbang menyelimuti hati Chika.
“Aku gak boleh ngembaliin uang ini, toch dia sudah sangat kaya dengan memiliki rumah mewah itu, paling isi dompet ini hanya sedikit dari apa yang dia miliki, jadi wajar saja aku membawanya pulang ..”Chika bergumam dalam hati
Setelah dari agen untuk melapor, Chika pulang ke rumahnya. Setelah kejadian itu dia hanya diam di kamar. Dipandanginya seisi dompet itu..
“Kalo uang ini aku aku gunakan buat sekolah pasti cukup..” Chika bergumam sendiri ..” Tapii .. aku kan lagi ikutan lomba? Bagaimana kalo aku menang? Aah.. uang ini kugunakan nanti saja kalo sudah ada hasil lomba itu .. ya, pasti itu lebih baik ..” fikirnya
Seminggu pun berlalu. Meskipun hari ini adalah jadwal liburnya, tapi Chika berniat untuk pergi ke agen Koran sekedar melihat hasil pengumuman itu ..
Setibanya disana, Chika langsung masuk..
“Koran pagi ini mana bang? “ucap Chika pada salah seorang tukang Koran lainnya.
Belum sempat menjawab tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan itu “Loch ko kamu masuk ka?”
“Aku Cuma ..” Chika mengehentikan kata-katanya .” laah kamu sendiri ngapain disini?” Chika berusaha mengalihkan pembicaraan ..
“aku mau ada perlu sama pamanku, trus kamu sendiri ngapain? Bukannya sekarang kamu libur?” ucap kemal dengan tatapan sedikit aneh
Sepertinya Chika sedikit tak menghiraukan pertanyaanny, dia malah membuka-buka lembar demi lembar Koran pagi itu. matanya kemudian membaca satu demi satu pengumuman yang tertera saat itu. dan ..
“Alhamdulillah …aku dapat beasiswa ..” Chika pun melompat kegirangan “SMA Tunas Bangsa? Inikan sekolah elite “ ucapnya dengan penuh semangat.
Hari itu sangat membahagiakan baginya, Chika pun berniat pulang memberikan kabar baik pada ibu dan bapaknya. Seperti biasa Sepedanya di ayuh dengan kecepatan tinggi, dia sudah tak sabar memberikan kabar membahagiakan itu. namun setibanya di depan rumahnya. Kebingungan kini meliputi hatinya ketika melihat banyak sekali orang yang berdatangan ke rumahnya..
“Ada apa ini pak? Ko banyak sekali orang datang ke rumah saya?” tanya Chika pada salah seorang bapak warga kampung itu.
Pertanyaan Chika pun tak mendapatkan jawaban. Hal itu membuatnya bertambah bingung, dia pun segera masuk. Setiba di pintu rumahnya ibunya datang menghambur ke arah Chika sambil menangis. Ibunya pun memeluknya erat.
Kebingungan itu akhirnya terjawab saat dilihatnya seorang terbaring ditutupi kain sarung di tengah ruang tamu saat itu..
“Innalillahi wainailahi rojiuun ..” hatinya bergetar saat itu..” bapakk …” suara Chika sedikit terpekik, kemudian dia menghampiri jenazah itu. Tangisnya tertumpah saat itu.
Bapaknya kini sudah kembali ke Rahmatullah. Hati Chika terasa sangat sakit, kenyataan di depannya harus dia terima, kenyataan yang lebih pahit di bandingkan saat dia menerima kenyataan tidak melanjutkan lagi sekolah.
“Semua akan kembali kepada sang maha pencipta nak Chika, semoga kalian diberi ketabahan ..” ucap ketua RT saat hadir di pemakaman.
Kini terasa berat rasanya bagi Chika harus kehilangan orang yang belum sempat dibuat bangga olehnya. Rasa sesal itu terus-menerus menggunung di hatinya dan masih terasa hingga kini, meskipun sudah hampir dua minggu berlalu. Pekerjaan Chika hanya melamun, seperti tak bersemangat.
“Memangnya kamu mau sampai kapan kayak gini nak? Sudah beberapa hari ini kamu gak makan nanti sakit” ucap ibunya sambil duduk di samping Chika yang terdiam di teras rumah..
“Ibu kamu benar ka ..” tiba-tiba seseorang ikut nimbrung saat itu
“Nak titi? Nak Kemal? Silahkan masuk?” terlihat sahabat-sahabat chika yang datang saat itu.
“Aku belum sempet ngebanggain bapak, belum sempet ngucapin trimakasih buat dia ..”
“Tapi kita yakin bapakmu itu pasti sudah tau.. kamu itu anak yang cerdas, pintar dan penuh semangat ..pasti bapakmu bangga ..” ucap Kemal penuh semangat
“Iya ka, bener tuch yang di katakan Kemal, kamu musti melanjutkan hidup kamu, kamu masih mau ngelanjutin sekolah kan suatu saat nanti?” titi menambahkan
Tiba-tiba Chika menatap titi dalam ..” sekolah?” saat itu seperti ada yang mengingatkan tentang beasiswa yang dia dapatkan tempo lalu..
Setelah mendengar hal itu Chika langsung bangun dan mengambil sepedanya, diayuhnya sepeda itu menuju tempat sekolah tempat dia mendapat beasiswa nanti.
“Sekolahnya gede bangett ..” gumam Chika dalam hati
Saat itu terlihat banyak sekali orang disana, tanpa mundur sedikitpun Chika berniat untuk mendatangi bagian Administrasi.
“Permisi pak? Bagian administrasi sebelah mana ya?” ucap chika pada seorang bapak yang memakai seragam satpam.
“Iya ada apa?”
“Aku mau daftar ke sekolah ini pak..”
“Ha..ha.. ha.. “ bapak itu tertawa terbahak ”Punya uang berapa kamu? mimpi mau sekolah disini. Udah sana pulang aja, urusin aja tuch sepeda butut kamu itu..” sergah satpam yang terlihat sangar itu ketika melihat sepeda Chika.
“Maaf pak, saya cuman mau nanyain bagian administrasi bukan buat ngomentarin sepeda butut saya, bapak saya juga dulu seorang satpam, tapi dia gak pernah ngehina orang ..”
Satpam itu terlihat kesal mendengar ucapan Chika “Yasudah..masuk saja kedalam, nanti sebelum masuk ke area kelas ada ruang administrasi ..”
“Baik pak, makasih …” Chika pun bergegas masuk kesana.
Setelah menemukan ruang administrasi dia pun menemui petugas disana, terjadi percakapan untuk beberapa menit, dan akhirnya setelah semua beres dia segera keluar. Kali ini Chika tampak lemas.. diingatnya perkataan bagian admin tadi ..
“Maaf de, kamu sudah telat menukar voucer beasiswanya. Seharusnya itu ditukarkan 4 hari yang lalu ..” itu yang di dengarnya tadi
Kini Chika bertambah bingung, dia semakin tak tau harus berbuat apa. Dengan perasaan kecewa Chika pun kembali ke rumahnya. Hingga sore datang Chika masih terduduk dikasurnya, kini dirasakannya tak ada harapan lagi baginya untuk bersekolah lagi tahun ini.
“Mungkin lain kali aku bisa bersekolah ..” ucap Chika dengan nada lirih
Kemudian dipandanginya semua yang ada di sekitarnya. Semua tampak mati baginya, buku-buku pelajaran yang tertata rapih, seragam yang masih tergantung, kini harus dia tunda bersama harapanya saat ini, sampai akhirnya mata Chika terpaku pada satu titik.
“Dompet ..!! “ dia baru ingat kalo dia pernah menemukan sebuah dompet
Segera dibukanya dompet itu..
“Ya tuhan .. apa harus kugunakan saja uang ini..?” Chika terlihat bimbang ..
Fikirannya terus berkelana jauh kesana..
“Tok… tok .. tok ..” suara ketukan pintu kamar terdengar ”Chika ?” ibunya yang memanggil..
Seketika fikirannya buyar, dengan cepat dia menyembunyikan dompet itu di balik bantal..
“Iya bu ..” Chika kemudian membuka pintu kamarnya
“Kamu udah makan? “
Chika menggeleng ..
Ibunya mengehela nafas pendek kemudian..
” Ini ada sebuah buku milik bapakmu, kali aja ada hal penting yang ingin dia sampaikan kemadamu, bukalah…”
Chika pun meraih buku itu terus dibacanya. Lembar demi lembar tidaklah terlalu berarti, hanya catatan biasa mengenai semua yang pernah dikerjakan bapaknya, hingga Chika pun berhenti di sebuah lembar bagian paling tengah. Kemudian disimaknya dengan baik.
“Maafkan aku ketika aku tak bisa memberikan yang terbaik untuk kalian, maafkan aku hingga ujung hidupku nanti tidaklah panjang, tapi yang perlu kalian tau aku sangat menyayangi kalian ..
Yang bisa ku titipkankan bukanlah harta, bukan juga tahta, namun hanya sebuah kata ”hiduplah dengan jujur..” karena kejujuran itu yang akan membawamu pada apa yang belum kau fikirkan sebelumnya, pada apa yang tak pernah ternilai oleh harta sekali pun ..”
Membaca tulisan ayahnya tersebut, Chika tak mampu membandung lagi tangisnya.
“Chika bangga sama bapak bu ..” ucap Chika sangat erat
“Bapakmu pasti tau soal itu ..”
Setelah itu Chika pun bertekad untuk mengembalikan dompet itu, dia kembali mengayuh sepedanya menuju rumah mewah di komplek perumahan saat dia menemukan dompet itu. Langkahnya sedikit ragu saat menuju pos satpam di rumah itu.
“Permisi pak ..?”
“Iya ada apa de..?” ucap bapak itu ramah
“Saya…“tenggorokan Chika serasa tersekat”Ayoo Chika kembalikan, ini bukan hak kamu ..”bisiknya dalam hati..”Saya mau mengembalikan dompet ini pak, ini punya bapak yang punya rumah ini..”Lanjutnya
“Itu dompet majikan saya kan? Owhh.. jadi kamu yang menemukan dompet ini?”
“Iya pak, saya menemukannya sewaktu saya mengantarkan Koran kesini, tepatnya di depan sana..” sambil menunjuk ke pinggir jalan..”Silahkan bapak chek dulu barangkali ada yang hilang, dan tolong sampaikan maaf saya ya pak sama pemilik dompet itu, maaf karena saya kelamaan ngembaliin, karena awalnya saya berniat buat menggunakan uang ini, tapi saya sadar ini bukan hak saya ..” Chika terlihat tertunduk
“Baiklah, yang berhak menghukum atau tidaknya itu bukan saya, tapi bos saya pemilik dompet ini. sekarang kamu tulis saja identitas kamu..?”
“Baik pak …” Chika pun menulisnya di sebuah kertas
Setelah semuanya beres akhirnya Chika pergi dari tempat itu, rasanya satu persatu beban seperti hilang di hatinya. Dan keesokan harinya Chika tidak pergi mengantarkan Koran dia berniat membantu ibunya berjualan di warung kecilnya dekat persimpangan jalan.
“Chika ..!!” terlihat titi dengan sejumlah kantong keresek di tangannya
Chika membalasnya dengan senyum.
“Ini buat kamu sama ibumu titipan dari mamaku ..” ucap Titi sembari meyodorkan beberapa kantong keresek
Tak ada komentar apapun, Chika kali itu hanya terdiam.
“Weeii.. jangan bengong gitu, ibu kamu mana?”
Tak lama terlihat ibunya Chika keluar dari bagian dapur warung itu.
“Bu ini ada titipan dari mama ..?”
“Ya ampun mama kamu repot-repot kayak gini?”
“Gak apa-apa bu, ibu sama Chika kan udah kami anggep kayak sodara ..”Titi terlihat bersemangat
Disela-sela saat itu, terlihat sebuah mobil sedan hitam berhenti didepan warung Chika. Semua yang ada disana terdiam sejenak, dan terlihat beberapa orang keluar dari mobil itu..
“Haii semuanya ..?” Kemal ternyata, dia turun dari mobil bersama seorang bapak dan seorang supir.
“Kemal ..?” Chika terlihat bingung ..”Kamu datang sama siapa?” lanjutnya
“Ini ayahku ka, dia kesini mau nyampein sesuatu..”
“Jadi kamu yang punya di rumah itu?” tanya Chika dengan Serius dan melanjutkan pembicaraannya “Bapak ada perlu sama saya? Silahkan duduk pak” Chika menyilahkan
“Iya makasih nak.. kemarin kata satpam ada yang mengembalikan dompet bapak, sangat bangga sama kamu, dan katanya kamu udah jujur dan bapak sangat menghargai itu. Trimakasih ya? trus bapak denger dari Kemal kalo kamu ingin bersekolah lagi, benarkah?”
Chika hanya terdiam
“Saya sudah mendaftarkan kamu satu sekolah sama Kemal di SMA Tunas Bangsa sampai kamu kuliah nanti, bapak harap kamu menerimanya sebagai ucapan terimakasih..”lanjut bapak itu
“Apa? Beasiswa? Apa itu gak berlebihan pak?” Chika masih belum percaya dengan apa yang dia dengar saat itu.
“Enggak ko itu anggap aja karena selama ini kamu sudah menjadi teman yang baik dengan anak saya..”
Seketika rasa haru menyelimuti hatinya, terasa seperti mimpi kini dia akan bersekolah kembali. Tak bisa di bendungnya kebahagiaannya saat itu dia pun menghambur memeluk sang ibu…
“Terimakasih pak ..terimakasih banyak buat semuanya..” Chika terlihat sangat bahagia
Semenjak saat itu, dia yakin akan sebuah kejujuran yang dikatakan ayahnya..
“Ka, beneran nich kamu gak mau ngelanjutin sekolah lagi?” tanya Titi teman sekelas sekaligus sahabatnya
“Kalo aku mampu, aku pengen banget ti, tapi ayahku kini udah gak bisa ngebiayaain lagi, hasil jualan ibuku di pakai buat pengobatan bapak, kasian banget ya gua?” Chika terlihat menenggelamkan wajahnya.
“Yang sabar ya ka, pasti kalo gak tahun sekarang, kamu bisa sekolah tahun depan ..”
“Mudah-mudahan aja Ti..”
“Maafin aku ya, aku gak bisa bantu banyak .”
“Gak apa-apa, kamu selama ini udah banyak bantuin aku kok ..”
Pembicaraan kedua sahabat itu pun berhenti saat seorang murid menghampiri mereka.
“Kamu di panggil pak Andi ka ..” ucap seorang anak laki-laki yang juga teman sekelasnya
“Owh iya di, ntar aku kesana ..”
Setelah itu, Chika pun pergi menuju ruang Guru untuk menemui Pak Andi wali kelasnya.
“Maaf pak, bapak manggil saya?” ucap Chika setibanya diruangan itu.
“Iya, bapak cuman mau nanya.. katanya kamu gak bakalan ngelanjutin sekolah ke SMA?”
Chika pun menggangguk mengiyakan. “Aku pengen nyari kerja aja pak..”
“Waah sayang sekali ya, padahal prestasi kamu sangat bagus di sekolah..”
Chika berusaha tersenyum. Setelah itu pembicaraan mereka pun berakhir..
“Iya pak trimakasih ..” dengan perasaan yang sedikit mengambang, Chika pun meninggalkan tempat itu.
Kini perpisahan kelas pun sudah terlewati. Rasa bingung kini hinggap di hati. Sore itu Chika hanya terduduk di depan rumahnya yang terlihat tua itu. Dia hanya termenung mengingat semua yang harus dia tanggalkan.
“Kok dari tadi gue liatin lo bengong aja? Awas loch ntar kesambet tau ..” ucap Kemal teman sekelasnya yang tiba-tiba muncul dihadapannya “Gimana? Lo jadi lanjutin sekolah gak?” lanjutnya.
Chika hanya menggeleng ..”Gue mau nyari kerja aja, tapi gue masih bingung mau kerja dimana..” chika terlihat bimbang “Oiya seingatku paman kamu punya agen Koran kan? Aku boleh gak ngelamar jadi tukang Koran?”
“Hah? Mau kerja jadi tukang Koran? “Kemal terliat terkejut “Aah mana mungkin gue tega ngebiarin lo kerja kayak gituan.”
“Pasti lo bilang gitu dech, gak apa-apa lah Mal.. gue kan cuman lulusan SMP, please bantuin aku ya?”
Karena tidak bisa menolak permintaan sahabatnya itu akhinya Kemal pun mengiyakan “Baiklah gimana lo aja..”
Chika terlihat sumringah ..” Duch..lo emang temen gue yang baeekk bangett ..”
Mereka kemudian berangkat ke tempat Pamannya Kemal itu. sesampainya disana ternyata Chika di perbolehkan untuk berjualan Koran mulai besok, meskipun dalam hatinya terasa berat, tapi dia berusaha tegar.
Hari pertama chika menjajakan Koran di lampu merah, dia terlihat bersemangat sekali..
“Koran… pak… koran..!! ” Chika menghapiri setiap mobil yang berhenti disana ..
“Korannya satu de ?” ucap seorang bapak yang terlihat membukakan jendela mobilnya.
“Baik pak..” dengan semangat dia melangkah. Sebuah Koran pun diberikan ke dalam mobil tersebut, kemudian bapak itu pun memberikan selembar uang 5 ribuan pada Chika.
“Kembaliannya buat kamu aja .”ucap bapak itu
“Makasih pak ?”
Namun sesaat semangat Chika terhenti saat seseorang di samping bapak itu berucap sesuatu kepadanya.
“Iichh kamu itu siswa di sekolahku kan? Ko jualan Koran? brarti aku sekolah disana gak jauh beda sama tukang Koran dong? ichh papah, aku pengen pindah sekolah ah “ucap gadis di sampingnya dengan manja.
“Masa sich? “ saut ayahnya
Perasaan malu bercampur sedih meliputi hati Chika saat itu, dia pun segera menghidar dari tempat dia berdiri. Kini dia merasakan kalo dia dia sangatlah miskin, karena sewaktu bersekolah di SMP nya yang tergolong elite. Chika sadar kalo waktu itu sebagian biayanya dia dapatkan dari beasiswa. Sambil terduduk di pinggir halte yang tak jauh dari temapat tadi, Chika hanya bisa menangis tersedu…
“Lo nangis bukan karena ucapan anak manja tadi kan?” tanya Kemal yang tampak memperhatikan “Chika, hidup itu bukan untuk di tangisi, tapi buat dihadapi, masih banyak hal yang akan terjadi nanti, dan kita kalo ingin memenangkannya harus jadi orang yang kuat, gue banyak belajar tentang hidup dari lo, masa kayak gitu dong lo nangis sich?” tambahnya sambil duduk disamping Chika
“Gue cuman malu Mal, malu banget sama diri gue sendiri..” suaranya terdengar lirih
“Udah jangan di ambil hati, mending lo jualan Koran lagi biar lo dapet duit banyak, lo mau sekolah lagi kan?”
Chika kembali tersenyum, dia melanjutkan kembali ke jalan.
Malam itu Chika bermaksud menyimpan uangnya di celengan, namun terdengar pembicaraan serius di ruang tamu.
“Bapak mau minta maaf ya bu?” suaranya terdengar lirih ..” bapak gak bisa buat ibu dan Chika bahagia, bapak cuman ngerepotin kalian sajah..”
“Udahlah pak, jangan ngomong kayak gitu..kalo Chika denger ntar dia malah jadi tambah sedih..”
“Bapak ngerasa gagal aja bu, Chika nyampe musti berhenti dulu sekolah ..”
Ibunya terlihat termangu. Sedangkan dibalik dinding kamarnya, Chika menangis sebisanya, dia pun memegang erat bantal supaya orang tuanya gak mendengar suara tangisannya itu. sejak saat itu dia pun bertekad untuk mengumpulkan uang supaya bisa sekolah dan membiayai pengobatan ayahnya.
Tak terasa tangisannya membawa dia dalam lelap, hal itu baru disadarinya setelah pagi menyambut dan dia kini harus melanjutkan pekerjaannya kemarin..
“Kamu mau kemana ka?” tanya ibunya yang sedang siap2 pergi berjualan
“Chika udah dapat kerja bu.. nanti Chika ceritanya ya?” ucap Chika yang kemudian pergi
Kali ini Chika tidak berjualan Koran di pinggir jalan, dia sekarang mendapat tugas mengantarkan Koran di komplek perumahan yang ada di ujung jalan. Dengan semangat Chika mengantarkan Koran itu satu persatu hingga selesai namun saat akan mengantarkan Koran terakhir mata Chika seakan terhenti sesaat saat sebuah kolom dibagian depan Koran ..
“Beasiswa… “hatinya sedikit tak percaya..”Ya ampuuun…lagi ada beasiswa buat 2 orang siswa yang mampu mengirimkan cerita pendek paling unik..” dibacanya perlahan isi berita itu
Kemudian Chika pun mencatat alamat tempat mengirimkan lomba itu dan langsung melemparkan Koran itu ke halaman rumah mewah tersebut kemudian segera pergi…
Dengan semangatnya Chika kemudian mengambil hasil karya tulisnya yang ada di lemari, dia sudah sudah tak sabar ingin mendapatkan beasiswa itu dan berharap dapat bersekolah kembali.
“Yappss… ini dia, tulisan cerpenku bulan lalu, semoga mendatangkan keberhasilan “ Chika pun mengambil salah satu dari cerpen yang terlihat tertumpuk itu dan ia segera membungkusnya dengan amplop.
Akhirnya pengiriman pun sudah dilakukan, dengan harap-harap cemas dia harus menunggu satu minggu lagi untuk pengumuman. Sembari menunggu hasilnya nanti Chika mengerjakan pekerjaan mengantarkan Koran seperti biasanya.
Tak jauh beda dengan kemarin, Chika pun harus mengantarkan Koran ke rumah yang sama, dan ketika itu di depan rumah mewah yang sama dengan kemarin itu Chika berdiri. di pandangnya rumah itu jauh kedalam.
“Kapan aku punya rumah kayak gini ya? gede banget ..” bisik hati Chika
Dilemparnya Koran yang dia pegang ke teras rumah itu, segera dia berbalik untuk meninggalkan tempat tersebut namun sesuatu menghentikan langkahnya, matanya tertuju pada sebuah benda yang tergeletak di samping tempat sampah, di raihnya benda tersebut. Sontak saja hal itu membuatnya kaget, karena ternyata benda itu adalah sebuah dompet yang sangat tebal. Tebal dengan segala isinya ..
“Ya ampuun .. uangnya banyak sekali? Ada ATM, SIM dan … “ semua yang dilihatnya membuatnya bergetar. “Pasti pemiliknya ada di rumah ini ..” setelah itu Chika berniat menyerahkan dompet itu pada pemiliknya, tapi seketika niat itu diurungkan. Diambilnya sepedanya yang dari dibiarkan tergeletak. Diayuhnya dengan kecepatan lebih tinggi dari biasanya.
Sepanjang perjalanan bimbang menyelimuti hati Chika.
“Aku gak boleh ngembaliin uang ini, toch dia sudah sangat kaya dengan memiliki rumah mewah itu, paling isi dompet ini hanya sedikit dari apa yang dia miliki, jadi wajar saja aku membawanya pulang ..”Chika bergumam dalam hati
Setelah dari agen untuk melapor, Chika pulang ke rumahnya. Setelah kejadian itu dia hanya diam di kamar. Dipandanginya seisi dompet itu..
“Kalo uang ini aku aku gunakan buat sekolah pasti cukup..” Chika bergumam sendiri ..” Tapii .. aku kan lagi ikutan lomba? Bagaimana kalo aku menang? Aah.. uang ini kugunakan nanti saja kalo sudah ada hasil lomba itu .. ya, pasti itu lebih baik ..” fikirnya
Seminggu pun berlalu. Meskipun hari ini adalah jadwal liburnya, tapi Chika berniat untuk pergi ke agen Koran sekedar melihat hasil pengumuman itu ..
Setibanya disana, Chika langsung masuk..
“Koran pagi ini mana bang? “ucap Chika pada salah seorang tukang Koran lainnya.
Belum sempat menjawab tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan itu “Loch ko kamu masuk ka?”
“Aku Cuma ..” Chika mengehentikan kata-katanya .” laah kamu sendiri ngapain disini?” Chika berusaha mengalihkan pembicaraan ..
“aku mau ada perlu sama pamanku, trus kamu sendiri ngapain? Bukannya sekarang kamu libur?” ucap kemal dengan tatapan sedikit aneh
Sepertinya Chika sedikit tak menghiraukan pertanyaanny, dia malah membuka-buka lembar demi lembar Koran pagi itu. matanya kemudian membaca satu demi satu pengumuman yang tertera saat itu. dan ..
“Alhamdulillah …aku dapat beasiswa ..” Chika pun melompat kegirangan “SMA Tunas Bangsa? Inikan sekolah elite “ ucapnya dengan penuh semangat.
Hari itu sangat membahagiakan baginya, Chika pun berniat pulang memberikan kabar baik pada ibu dan bapaknya. Seperti biasa Sepedanya di ayuh dengan kecepatan tinggi, dia sudah tak sabar memberikan kabar membahagiakan itu. namun setibanya di depan rumahnya. Kebingungan kini meliputi hatinya ketika melihat banyak sekali orang yang berdatangan ke rumahnya..
“Ada apa ini pak? Ko banyak sekali orang datang ke rumah saya?” tanya Chika pada salah seorang bapak warga kampung itu.
Pertanyaan Chika pun tak mendapatkan jawaban. Hal itu membuatnya bertambah bingung, dia pun segera masuk. Setiba di pintu rumahnya ibunya datang menghambur ke arah Chika sambil menangis. Ibunya pun memeluknya erat.
Kebingungan itu akhirnya terjawab saat dilihatnya seorang terbaring ditutupi kain sarung di tengah ruang tamu saat itu..
“Innalillahi wainailahi rojiuun ..” hatinya bergetar saat itu..” bapakk …” suara Chika sedikit terpekik, kemudian dia menghampiri jenazah itu. Tangisnya tertumpah saat itu.
Bapaknya kini sudah kembali ke Rahmatullah. Hati Chika terasa sangat sakit, kenyataan di depannya harus dia terima, kenyataan yang lebih pahit di bandingkan saat dia menerima kenyataan tidak melanjutkan lagi sekolah.
“Semua akan kembali kepada sang maha pencipta nak Chika, semoga kalian diberi ketabahan ..” ucap ketua RT saat hadir di pemakaman.
Kini terasa berat rasanya bagi Chika harus kehilangan orang yang belum sempat dibuat bangga olehnya. Rasa sesal itu terus-menerus menggunung di hatinya dan masih terasa hingga kini, meskipun sudah hampir dua minggu berlalu. Pekerjaan Chika hanya melamun, seperti tak bersemangat.
“Memangnya kamu mau sampai kapan kayak gini nak? Sudah beberapa hari ini kamu gak makan nanti sakit” ucap ibunya sambil duduk di samping Chika yang terdiam di teras rumah..
“Ibu kamu benar ka ..” tiba-tiba seseorang ikut nimbrung saat itu
“Nak titi? Nak Kemal? Silahkan masuk?” terlihat sahabat-sahabat chika yang datang saat itu.
“Aku belum sempet ngebanggain bapak, belum sempet ngucapin trimakasih buat dia ..”
“Tapi kita yakin bapakmu itu pasti sudah tau.. kamu itu anak yang cerdas, pintar dan penuh semangat ..pasti bapakmu bangga ..” ucap Kemal penuh semangat
“Iya ka, bener tuch yang di katakan Kemal, kamu musti melanjutkan hidup kamu, kamu masih mau ngelanjutin sekolah kan suatu saat nanti?” titi menambahkan
Tiba-tiba Chika menatap titi dalam ..” sekolah?” saat itu seperti ada yang mengingatkan tentang beasiswa yang dia dapatkan tempo lalu..
Setelah mendengar hal itu Chika langsung bangun dan mengambil sepedanya, diayuhnya sepeda itu menuju tempat sekolah tempat dia mendapat beasiswa nanti.
“Sekolahnya gede bangett ..” gumam Chika dalam hati
Saat itu terlihat banyak sekali orang disana, tanpa mundur sedikitpun Chika berniat untuk mendatangi bagian Administrasi.
“Permisi pak? Bagian administrasi sebelah mana ya?” ucap chika pada seorang bapak yang memakai seragam satpam.
“Iya ada apa?”
“Aku mau daftar ke sekolah ini pak..”
“Ha..ha.. ha.. “ bapak itu tertawa terbahak ”Punya uang berapa kamu? mimpi mau sekolah disini. Udah sana pulang aja, urusin aja tuch sepeda butut kamu itu..” sergah satpam yang terlihat sangar itu ketika melihat sepeda Chika.
“Maaf pak, saya cuman mau nanyain bagian administrasi bukan buat ngomentarin sepeda butut saya, bapak saya juga dulu seorang satpam, tapi dia gak pernah ngehina orang ..”
Satpam itu terlihat kesal mendengar ucapan Chika “Yasudah..masuk saja kedalam, nanti sebelum masuk ke area kelas ada ruang administrasi ..”
“Baik pak, makasih …” Chika pun bergegas masuk kesana.
Setelah menemukan ruang administrasi dia pun menemui petugas disana, terjadi percakapan untuk beberapa menit, dan akhirnya setelah semua beres dia segera keluar. Kali ini Chika tampak lemas.. diingatnya perkataan bagian admin tadi ..
“Maaf de, kamu sudah telat menukar voucer beasiswanya. Seharusnya itu ditukarkan 4 hari yang lalu ..” itu yang di dengarnya tadi
Kini Chika bertambah bingung, dia semakin tak tau harus berbuat apa. Dengan perasaan kecewa Chika pun kembali ke rumahnya. Hingga sore datang Chika masih terduduk dikasurnya, kini dirasakannya tak ada harapan lagi baginya untuk bersekolah lagi tahun ini.
“Mungkin lain kali aku bisa bersekolah ..” ucap Chika dengan nada lirih
Kemudian dipandanginya semua yang ada di sekitarnya. Semua tampak mati baginya, buku-buku pelajaran yang tertata rapih, seragam yang masih tergantung, kini harus dia tunda bersama harapanya saat ini, sampai akhirnya mata Chika terpaku pada satu titik.
“Dompet ..!! “ dia baru ingat kalo dia pernah menemukan sebuah dompet
Segera dibukanya dompet itu..
“Ya tuhan .. apa harus kugunakan saja uang ini..?” Chika terlihat bimbang ..
Fikirannya terus berkelana jauh kesana..
“Tok… tok .. tok ..” suara ketukan pintu kamar terdengar ”Chika ?” ibunya yang memanggil..
Seketika fikirannya buyar, dengan cepat dia menyembunyikan dompet itu di balik bantal..
“Iya bu ..” Chika kemudian membuka pintu kamarnya
“Kamu udah makan? “
Chika menggeleng ..
Ibunya mengehela nafas pendek kemudian..
” Ini ada sebuah buku milik bapakmu, kali aja ada hal penting yang ingin dia sampaikan kemadamu, bukalah…”
Chika pun meraih buku itu terus dibacanya. Lembar demi lembar tidaklah terlalu berarti, hanya catatan biasa mengenai semua yang pernah dikerjakan bapaknya, hingga Chika pun berhenti di sebuah lembar bagian paling tengah. Kemudian disimaknya dengan baik.
“Maafkan aku ketika aku tak bisa memberikan yang terbaik untuk kalian, maafkan aku hingga ujung hidupku nanti tidaklah panjang, tapi yang perlu kalian tau aku sangat menyayangi kalian ..
Yang bisa ku titipkankan bukanlah harta, bukan juga tahta, namun hanya sebuah kata ”hiduplah dengan jujur..” karena kejujuran itu yang akan membawamu pada apa yang belum kau fikirkan sebelumnya, pada apa yang tak pernah ternilai oleh harta sekali pun ..”
Membaca tulisan ayahnya tersebut, Chika tak mampu membandung lagi tangisnya.
“Chika bangga sama bapak bu ..” ucap Chika sangat erat
“Bapakmu pasti tau soal itu ..”
Setelah itu Chika pun bertekad untuk mengembalikan dompet itu, dia kembali mengayuh sepedanya menuju rumah mewah di komplek perumahan saat dia menemukan dompet itu. Langkahnya sedikit ragu saat menuju pos satpam di rumah itu.
“Permisi pak ..?”
“Iya ada apa de..?” ucap bapak itu ramah
“Saya…“tenggorokan Chika serasa tersekat”Ayoo Chika kembalikan, ini bukan hak kamu ..”bisiknya dalam hati..”Saya mau mengembalikan dompet ini pak, ini punya bapak yang punya rumah ini..”Lanjutnya
“Itu dompet majikan saya kan? Owhh.. jadi kamu yang menemukan dompet ini?”
“Iya pak, saya menemukannya sewaktu saya mengantarkan Koran kesini, tepatnya di depan sana..” sambil menunjuk ke pinggir jalan..”Silahkan bapak chek dulu barangkali ada yang hilang, dan tolong sampaikan maaf saya ya pak sama pemilik dompet itu, maaf karena saya kelamaan ngembaliin, karena awalnya saya berniat buat menggunakan uang ini, tapi saya sadar ini bukan hak saya ..” Chika terlihat tertunduk
“Baiklah, yang berhak menghukum atau tidaknya itu bukan saya, tapi bos saya pemilik dompet ini. sekarang kamu tulis saja identitas kamu..?”
“Baik pak …” Chika pun menulisnya di sebuah kertas
Setelah semuanya beres akhirnya Chika pergi dari tempat itu, rasanya satu persatu beban seperti hilang di hatinya. Dan keesokan harinya Chika tidak pergi mengantarkan Koran dia berniat membantu ibunya berjualan di warung kecilnya dekat persimpangan jalan.
“Chika ..!!” terlihat titi dengan sejumlah kantong keresek di tangannya
Chika membalasnya dengan senyum.
“Ini buat kamu sama ibumu titipan dari mamaku ..” ucap Titi sembari meyodorkan beberapa kantong keresek
Tak ada komentar apapun, Chika kali itu hanya terdiam.
“Weeii.. jangan bengong gitu, ibu kamu mana?”
Tak lama terlihat ibunya Chika keluar dari bagian dapur warung itu.
“Bu ini ada titipan dari mama ..?”
“Ya ampun mama kamu repot-repot kayak gini?”
“Gak apa-apa bu, ibu sama Chika kan udah kami anggep kayak sodara ..”Titi terlihat bersemangat
Disela-sela saat itu, terlihat sebuah mobil sedan hitam berhenti didepan warung Chika. Semua yang ada disana terdiam sejenak, dan terlihat beberapa orang keluar dari mobil itu..
“Haii semuanya ..?” Kemal ternyata, dia turun dari mobil bersama seorang bapak dan seorang supir.
“Kemal ..?” Chika terlihat bingung ..”Kamu datang sama siapa?” lanjutnya
“Ini ayahku ka, dia kesini mau nyampein sesuatu..”
“Jadi kamu yang punya di rumah itu?” tanya Chika dengan Serius dan melanjutkan pembicaraannya “Bapak ada perlu sama saya? Silahkan duduk pak” Chika menyilahkan
“Iya makasih nak.. kemarin kata satpam ada yang mengembalikan dompet bapak, sangat bangga sama kamu, dan katanya kamu udah jujur dan bapak sangat menghargai itu. Trimakasih ya? trus bapak denger dari Kemal kalo kamu ingin bersekolah lagi, benarkah?”
Chika hanya terdiam
“Saya sudah mendaftarkan kamu satu sekolah sama Kemal di SMA Tunas Bangsa sampai kamu kuliah nanti, bapak harap kamu menerimanya sebagai ucapan terimakasih..”lanjut bapak itu
“Apa? Beasiswa? Apa itu gak berlebihan pak?” Chika masih belum percaya dengan apa yang dia dengar saat itu.
“Enggak ko itu anggap aja karena selama ini kamu sudah menjadi teman yang baik dengan anak saya..”
Seketika rasa haru menyelimuti hatinya, terasa seperti mimpi kini dia akan bersekolah kembali. Tak bisa di bendungnya kebahagiaannya saat itu dia pun menghambur memeluk sang ibu…
“Terimakasih pak ..terimakasih banyak buat semuanya..” Chika terlihat sangat bahagia
Semenjak saat itu, dia yakin akan sebuah kejujuran yang dikatakan ayahnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar